Oku Selatan, Sumatera Selatan // rakyat merdeka ri co .id
Warga Kota Muaradua kini dihadapkan pada krisis bahan bakar minyak (BBM) jenis bio solar yang telah berlangsung selama dua pekan terakhir. Kelangkaan ini memicu keresahan masyarakat, terutama mereka yang pekerjaannya bergantung pada pasokan bio solar.
Sudar, salah satu warga yang mencoba mengisi BBM, mengaku aktivitasnya terganggu akibat kelangkaan ini. “Kami kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari. Truk untuk distribusi barang banyak yang berhenti beroperasi karena tidak ada bio solar,” ujarnya dengan nada khawatir pada Kamis (19/12/2024).
Ia juga menuturkan bahwa antrean panjang di SPBU Muaradua tidak membuahkan hasil. “Sudah lama antre, tapi tetap tidak bisa mengisi karena stok kosong,” tambahnya.
Hal serupa disampaikan Heri, seorang sopir yang menggantungkan penghasilannya pada ketersediaan bahan bakar. “Kami tidak bisa bergerak tanpa solar. Kalau beli di pengecer, harganya sangat mahal, jadi kami benar-benar terjebak,” keluhnya.
Warga berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini. “Kami butuh solusi agar suplai bio solar kembali normal. Kalau begini terus, roda perekonomian akan lumpuh,” kata Heri.
Sementara itu Alex, manajer SPBU 24.321.62 Muaradua, mengakui bahwa pasokan bio solar dari distributor tersendat. Ia menjelaskan bahwa kuota tahunan untuk SPBU mereka telah habis sebelum akhir tahun.
“Kuota tahun ini sudah habis. Kami hanya bisa berharap agar distribusi segera normal dan Pertamina memberikan kuota tambahan. Masyarakat sangat membutuhkan bahan bakar ini,” jelas Alex.
Menurut Alex, SPBU 24.321.62 biasanya menerima pasokan sebesar 8.000 liter per hari, kecuali hari Minggu karena tidak ada pengiriman. Namun, sejak dua pekan terakhir, stok bio solar benar-benar kosong.
“Warga terus bertanya dan antre, tapi kami tidak bisa berbuat banyak. Kami sangat berharap kebijakan dari Pertamina untuk menambah kuota agar suplai bisa kembali normal sebelum akhir tahun,” tutupnya.
Kelangkaan bio solar ini tidak hanya menghambat aktivitas masyarakat, tetapi juga berpotensi menurunkan produktivitas di berbagai sektor. Diharapkan langkah cepat dari pemerintah dan pihak terkait dapat segera mengatasi masalah ini, sehingga aktivitas masyarakat dan roda ekonomi kembali berjalan normal.
( Zainab )